KONI Pusat Sampaikan Kondisi Olahraga pada RDP Komisi X DPR RI

Konikepri.id – Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Pusat hadir dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI pada Rabu, 13 November 2024. Komisi X yang pada RDP tersebut dipimpin Wakil Ketua Komisi X H.Lalu Hadrian Irfani, menghimpun informasi terkait olahraga di Indonesia.

“Kami ingin mendapat masukan dari KONI, KORMI dan KOI mengenai isu strategis di bidang olahraga,” ujar Lalu Hadrian mengawali.

Pimpinan Komisi X meyakini bahwa negara peraih medali terbanyak biasa punya keorganisasian yang baik, pembinaan yang baik, industri yang baik dan sebagainya.

Pada konteks Indonesia, Lalu Hadrian menyayangkan penurunan prestasi. “Khususnya di ajang SEA Games misalnya, tidak pernah mampu kembali memperoleh emas terbanyak (juara umum) sejak tahun 1999 kecuali jika menjadi tuan rumah,” katanya sembari merujuk peringkat 3 Asia Tenggara pada SEA Games terakhir di Kamboja tahun 2023.

Sebagai organisasi yang bertugas membantu pemerintah membina dan mengembangkan olahraga prestasi, Ketum KONI Pusat Letjen TNI Purn Marciano Norman menyampaikan informasi terkait kondisi olahraga di Tanah Air.

“Sebagai informasi bahwa kami, KONI ini pada tahun 1938 itu mulai dibentuk oleh masyarakat olahraga dengan nama Ikatan Sport Indonesia (ISI) di mana pada saat itu juga menjadi alat perjuangan untuk meraih kemerdekaan, pada tahun 1945,” jelas Marciano mengawali sejarah KONI yang tak dapat dipisahkan dengan masa perjuangan bangsa.

KONI Pusat sekarang, memiliki anggota 38 KONI Provinsi di tambah KONI Ibu Kota Nusantara (IKN), yang di bawahnya ada 512 KONI Kabupaten/Kota. Selain itu, anggota KONI Pusat adalah 75 induk cabang olahraga dan 6 organisasi fungsional.

Satu hal penting yang dilaporkan Ketum KONI Pusat adalah terkait penyelenggaraan Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumatera Utara Tahun 2024. Sebagaimana undang-undang Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan, KONI merupakan penyelenggara PON.

“Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk menyampaikan, permasalahan yang kita hadapi pada multievent olahraga nasional yang digelar 4 tahun sekali itu,” katanya.

Tuan rumah PON mengawali perjalanannya dengan mengajukan diri ke KONI Pusat untuk selanjutnya dilaksanakan pendalaman/ pengkajian. Bakal calon tuan rumah dapat menjadi tuan rumah bila memiliki minimal 30% venue berstandar internasional/nasional 6 tahun sebelum pelaksanaan. Baru setelah itu dilakukan pemilihan pada Musyawarah Olahraga Nasional Luar Biasa (Munaslub) KONI.

Sejalan dengan perkembangan yang terjadi dalam perjalanan tuan rumah terpilih PON XXI/2024, regulasi juga menyesuaikan. “Aceh-Sumut merupakan yang pertama diselenggarakan di dua provinsi karena Peraturan Pemerintah nomor 7 Tahun 2020 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah nomor 17 Tahun 2007 tentang Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Nasional.,” jelas Ketum KONI Pusat.

PON XXI Aceh-Sumut 2024 sudah ditentukan pada 2018. Dalam perjalanannya hingga pelaksanaan, terdapat beberapa tantangan yang disampaikan Ketum KONI Pusat seperti pandemi Covid-19, Pemilu 2024 yang berdampak pada seringnya pergantian pejabat daerah, khususnya tuan rumah, faktor gangguan cuaca ekstrem pada saat persiapan & pelaksanaan, waktu penyiapan venue & peralatan yang pendek akibat pendeknya persetujuan anggaran, sebuah keputusan wasit yang kontroversial yang langsung ditindaklanjuti PSSI, dan pelayanan konsumsi yang juga direspons hingga kasus terkait sudah tidak ada.

Dalam pelaksanaan PON XXI, Pemerintah melalui Kemenpora memberikan dukungan kepada Panitia Besar PON XXI wilayah Aceh dan Sumut selaku pelaksana. Berdasarkan Nota Kesepahaman tanggal 11 Juli 2024 antara Kemenpora, KONI Pusat, & PB. PON XXI Wilayah Aceh dan Sumut, dukungan pemerintah yaitu, untuk peralatan pertandingan 15 cabang olahraga, anggaran honor bidang pertandingan, upacara pembukaan dan penutupan.

Pada PON berikutnya, yakni ke-22 tahun 2028 di Nusa Tenggara (NTB-NTT), Ketum KONI Pusat berharap penyelenggaraan lebih baik, tentunya hasil evaluasi PON XXI Aceh-Sumut 2024. Salah satunya yakni agar Surat Keputusan (SK) dari pemerintah dapat segera keluar agar provinsi tuan rumah dapat melakukan persiapan sedini mungkin.

Selain itu, ada juga evaluasi terkait jumlah cabang olahraga yang dipertandingkan. “PON XXII/2028 Nusa Tenggara direncanakan akan diselenggarakan pada Oktober 2028 di Nusa Tenggara Timur dan Nusa Tenggara Barat dan mempertandingkan 32 cabang olahraga Olimpiade dan yang memiliki potensi pada SEA Games,” terang Ketum KONI Pusat.

Adapun cabang olahraga lainnya dapat turut serta dipertandingkan pada multievent nasional terobosan KONI Pusat, antara lain Pekan Olahraga Bela Diri Nasional (Indonesia Martial Art Games/IMAG), Pekan Olahraga Pantai Nasional (Indonesia Beach Games), Pekan Olahraga Indoor (Indonesia Indoor Games), dan PON Remaja (Indonesia Youth Games) yang diselenggarakan di kabupaten/kota setiap 2 tahun.

Di luar itu semua, Ketum KONI Pusat sampaikan apa saja yang perlu ditingkatkan untuk olahraga bisa lebih berprestasi, antara lain adanya sport center yang memadai, peningkatan kualitas pelatih disertai kuantitas, dukungan sport science maksimal, kepastian anggaran (di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota), pembinaan klub yang maksimal, pembinaan atlet masih secara berkelanjutan, dan kompetisi berkualitas khususnya ditingkat remaja.

“Semoga kolaborasi antara pemangku kepentingan di bidang olahraga dapat memperkuat persatuan dan kesatuan, membina talenta potensial, meningkatkan prestasi olahraga, serta menumbuhkan semangat nasionalisme melalui pencapaian prestasi di dunia olahraga” tutup Marciano Norman.

Beberapa anggota DPR mewakili fraksi sempat memberikan tanggapan. Perwakilan Partai Golkar, Drs.Juliyatmono mengapresiasi organisasi keolahragaan di Indonesia. “Terus kompak, saling menguatkan, saling mendukung dan saling menghargai,” pesannya. Juliyatmono berharap agar ke depan ada regulasi agar kepala daerah juga ex-officio pimpinan organisasi olahraga seperti KONI dan KORMI.

Mewakili Fraksi Gerinda, Melly Goeslaw sampaikan pentingnya membahas kesejahteraan pelaku olahraga. “Saya rasa generasi mendatang akan malas jadi atlet, kalau rasanya kehidupan di akhir nantinya tidak baik,” ujar putri pencipta lagu Mars Patriot Olahraga. (tjo)

Berita Lainnya
Berita Lainnya

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini