KONIKEPRI.ID – Ada delapan anak di dalam rombongan. Usianya di bawah 12 tahun. Mereka atlet-atlet pilihan. Dipercaya memperkuat Tim Spider Jujitsu pada Kejuaraan Terbuka Piala Ketua Umum Pengurus Besar Jujitsu Indonesia (PBJI) DKI Jakarta. Dari Kepri, ada 20 atlet yang diberangkatkan. Selain delapan anak itu, ada tiga remaja, delapan atlet adult dan satu orang master.
“Ini menjadi pengalaman pertama bagi tujuh dari delapan anak ini untuk bertanding di event selevel nasional,” sebut Rozi Juhendra, Ketua Umum Pengurus Pusat Indonesia Spider Jujitsu (PP-ISJ). Pria yang akrab disapa dengan sebutan Sensei Oji di kalangan jujitsu ini menyebut, Tim Spider Jujitsu memberikan kesempatan pada atlet-atlet usia anak dan remaja untuk tumbuh dan berkembang. “Kalau untuk atlet senior, usia dewasa, kita sudah sangat optimis bisa meraih medali. Dan, itu sesuai target,” sebut Oji.
Hal yang sangat membanggakan, kata Oji, adalah tentang penampilan atlet-atlet Spider Kids asal Batam yang memperkuat kontingen. Mereka tampil lepas. Penuh semangat. Tak mengenal rasa takut. Dan, berjuang keras untuk menang. Delapan ‘jagoan cilik’ asal Batam yang memperkuat Tim Spider ini adalah;
1. Kenzie Aryasatya Ayazi
Ini pengalaman kedua bagi Kenzie bertanding di level nasional. Tahun lalu, saat masih berusia 9 tahun, Kenzie tampil di Bandung. Ia meraih perunggu pada Kejuaraan Brazillian Jiujitsu yang bertajuk Titan Challenge itu.
“Kali ini harus emas,” ia optimis. Pelajar Kelas 6E SD Muhammadiyah Plus Batam ini sebenarnya tahu, pada event Piala Ketum PBJI DKI, 12-13 agustus di GOR Judo Kelapa Gading itu, akan banyak atlet-atlet hebat yang ikut.
“Ini kejuaraan terbuka. Bule pun boleh ikut,” ujarnya tersenyum. Tapi, itu tak membuatnya ciut. Ken justru mematangkan persiapannya. Hasilnya? Sesuai target. Ia berhasil meraih emas di kategori Newaza usia 10-12 tahun untuk berat badan -38 Kg. Pun begitu, atlet Kenacha Martial Arts Academy Batam ini mengaku masih banyak teknik yang harus dibenahi. “Hasil ini justru makin membuat saya terpacu untuk makin semangat berlatih,” katanya.
2. Izzio Hamis Wistara.
Zio melonjak kegirangan saat memenangkan partai terakhirnya. “Horeee…, emas!” pekiknya. Berbeda dengan Kenzie, Zio awalnnya justru tak berani menargetkan medali emas. Maklum, ini debutnya di kancah nasional.
Namun, bisikan sang pelatih, Sensei Oji, membuat Zio menapak percaya diri memasuki matras. “Ternyata, saya bisa memakai teknik kuncian yang diajarkan sensei di dojo,” kata siswa kelas 5D SDN 010 Batam Kota ini. Perolehan medali emas di kategori newaza putra usia 10-12 tahun -30 Kg ini membuatnya Zio senang karena bisa membanggakan ayah-bundanya.
3. Tangkas Adinata Setiawan.
Kecil-kecil cabe rawit. Ia haus pertandingan. Di kategori U9, Tangkas memang tak ada lagi lawan tanding di Kepri. Inilah yang melandasi pelatih merekomendasikan Tangkas ikut memperkuat kontingen. Hasilnya sangat memuaskan. Siswa kelas 4B SDIT Mutiara Insani ini berhasil berdiri di podium tertinggi, medali emas untuk kategori -30 Kg.
“Jadi ketagihan tanding. Kapan ada lagi pertandingan, Sensei?” tanyanya pada pelatih. Seperti namanya, ia memang anak yang tangkas. Penampilannya di matras laga sesuai prediksi. Ia bermain lepas seperti halnya berlatih di dojo Kenacha Martial Arts Academy Batam. Sang Bunda, Fatma Dewi mengaku senang dengan prestasi Tangkas.
“Awalnya saya masukan latihan jujitsu supaya energinya tersalurkan,” katanya. Seiring proses latihan, pelatih justru ‘membidik’ Tangkas untuk dijadikan atlet.
“Saya tentu sangat mendukung,” kata Fatma Dewi. Hal itu dibuktikan Dewi dengan ikut ke Jakarta menyaksikan Tangkas bertanding. “Alhamdulillah, prestasi ini juga diapresiasi pihak sekolah,” ujarnya.
4. Tangguh Amanzamtoti Setiawan.
Tanguh merupakan abang kandung dari Tangkas. Mereka memulai latihan bersama-sama. Walau terkesan pendiam, namun siswa Kelas VII SMP IT Andalusia Batam ini jadi atlet yang ditakuti lawan. Sosoknya yang dingin justru sulit ditebak lawan. Terbukti, sebagian pertandingan dimenangkan dengan teknik kuncian leher, Rear Naked Choke (RNC).
Hanya saja, kala menghadapi atlet dari Bali, Tangguh harus mengubur impiannya untuk mengalungi medali emas. Atlet yang merupakan warga negara asing itu berhasil unggul dengan selisih poin. “Kalau ada kesempatan, saya mau tanding lagi sama dia. Panasaran,” kata Tangguh.
Pun begitu, Tangguh merasa bersyukur dan bangga berhasil meraih medali perak. “Medali ini buat Ibu saya. Terimakasih, Bu, karena bela-belain ikut untuk menyaksikan kami bertanding,” ujar Tangguh.
5. Paramita Qurrataini Witriana
Siswa sekolah Tahfidz Cahaya Diatas Cahaya, yang akrab disapa dengan nama Mita ini terharu. Matanya berkaca-kaca. Antara senang dan belum puas. Ia berhasil meraih perak pada kategori usia 10-12 tahun -44 Kg putri. Tapi, ia menarget emas. “Lawannya kuat banget,” ujarnya serak.
Namun sang ayah berusaha menenangkan. “Kakak hebat,” kata Ganjar, ayah Mita mengapresiasi capaian itu. Sebelum kala di partai pemuncak, Mita sudah berhasil mengalahkan atlet unggulan dari Medan.
Ganjar menyebut, tertarik memasukan Mita latihan jujitsu tidak hanya semata untuk membekali sang putri dengan beladiri. “Saya sudah lama tahu, Sensei Oji ini sudah banyak melahirkan atlet-atlet berprestasi,” sebut Ganjar.
Saat ia ingin memasukan anaknya ke kelas beladiri, Ganjar langsung tertuju kepada Indonesia Spider Jujitsu (ISJ). “Prestasi senior-seniornya di Dojo Kenacha juga sudah go internasional,” sebutnya. Pilihannya tepat. Kini, banyak atlet seusia Mita yang sudah diorbitkan untuk berkompetisi di level nasional.
6. Khanza Aryakayla Ayazi.
Khanza menjadi yang terbaik di tingkat Provinsi Kepri. Inilah yang menjadi tiket siswa Kelas 3A SD Muhammdiyah Plus Batam ini untuk berlaga di ajang nasional. Pada event Piala Ketum PBJI DKI Jakarta ini, Khanza mampu menyumbang perak.
Khanza berlatih jujitsu sejak usia balita. Ia termotivasi ikut tanding karena abangnya, Kenzie. “Atlet idola saya, Abang Ken,” ujarnya malu-malu. Ketika ditanya apakah serius menjadi atlet, Khanza menjawab santai, “Lihat nanti aja.” Tapi, Khanza memastikan akan selalu mendukung abangnya untuk tanding dimana pun. “Ayo, Abang Ken, semangat!” ujarnya tertawa.
7. Ibnu Syabil.
Wajahnya terkesan serius. Paling dikenal disiplin. Syabil juga atlet terbaik Kepri di kelasnya. Putra sulung Zulham ini bertanding di kelas -36 Kg putra, kategori usia 10-12 tahun.
Di kelas Syabil juga dikenal sebagai kelas neraka. Banyak atlet hebat tergabung di bagan pertandingan Syabil. Memenangkan dua kali laga, Syabil hanya mampu meraih perunggu. Ia dinobatkan sebagai juara 3A, dari 4 peraih medali.
“Di cabor beladiri, khususnya di jujitsu ini, memang diberlakukan juara tiga bersama,” kata Sensei Oji. Syabil hanya kalah tipis pada selisih poin dari peraih perak dan emas.
Sensei Oji sangat mengapresiasi capain Syabil. “Syabil berusaha untuk memenangkan semua laganya. Tapi, ia kecolongan,” sebut Oji. Apa pun hasilnya, Oji menyebut, Syabil tetap menjadi atlet terbaik. “Hanya ada beberapa teknik yang harus kami evaluasi,” ujarnya.
Sementara itu, Syabil tetap merasa bersyukur dengan capaiannya itu. “Medali ini untuk Ummi dan Abi,” kata Syabil. Ia menyadari, capaian prestasinya itu karena dukungan penuh kedua orangtuanya.
8. Putri Hanum Nur Azizah
Kali ini belum menjadi yang terbaik. “Tapi saya sangat bangga,” sebut Rudi, ayah Hanum. Banyak pelajaran, kata Rudi, yang bisa dipetik dari keikutsertaan Hanum pada ajang bergengsi itu. “Kita semua tahu, atlet yang turun kualitasnya sangat luar biasa,” sebutnya.
Rudi berharap, Hanum kian giat berlatih. “Ini pengalaman pertama Hanum di ajang nasional. Secara teknik, pelatih lebih tahu apa yang harus diperbaiki,” ujarnya.
Medali perunggu di kelas newaza putri kelas -28 Kg kategori usia 10-12 tahun itu dipersembahkan untuk masyarakat Kepri. “Ini bisa menjadi motivasi bagi putra-putri Kepri, khususnya Batam, kita bisa bersaing. Tetap semangat berlatih,” pesannya. Kunci capaian prestasi, kata Rudi, harus didukung banyak pihak. Terutama orang tua. “Saya bela-belain cuti kerja agar bisa mendampingi Hanum ke Jakarta,” sebutnya.
Sementara itu, Hanum, siswa kelas 5A SDS Ibnu Sina Kabil ini berjanji, pada event berikutnya akan menarget emas. “Memang tak mudah. Tapi saya berjanji akan latihan lebih keras lagi,” janjinya.
Atlet Senior Sesuai Target
Pada ajang itu, Tim Spider berhasil menjadi Juara Umum. Momen ini menjadi sejarah besar bagi Perguruan Indonesia Spider Jujitsu (ISJ). “Ada 40 medali yang kita raih,” kata Rudi Hartono, Manajer Tim Indonesia Spider Jujitsu. Rudi merinci, raihan itu terdiri dari 15 emas + 15 perak + 10 perunggu.
“Menjadi kebanggaan bagi atlet Kota Batam yang menjadi penyumbang medali terbanyak,” sebut Sekretaris Jendral ISJ itu. Sisanya, medali-medali itu disumbangkan oleh atlet ISJ asal Jakarta, Tanggerang, Bandung, Bali, Medan dan beberapa kota lainnya.
Dalam ajang ini, banyak perguruan yang ingin meraih titel juara. “Atlet-atlet terbaik dari perguruan besar turun bertanding di ajang ini,” kata Rudi. Itu pula yang memacunya untuk menyiapkan atlet agar tampil maksimal. Hasilnya, ISJ layak jadi juara.
Bermarkas di Batam, ISJ memang berharap banyak agar atlet jujitsu asal Batam bisa menyumbangkan banyak medali. Ada 20 atlet ISJ asal Batam yang bertanding di event yang digelar di Gedung Judo, Kelapa Gading Jakarta Utara, 12 – 13 Agustus 2023 itu. Hasilnya, atlet ISJ Batam meraih 6 emas + 13 perak + 7 perunggu.
Adapun atlet remaja, adult dan master yang meraih medalibadalah: Akbar (1 emas + 1 perak), Dika (2 perak), Angel (2 perak), Ryan (1 emas + 2 perak), Tomi (1 emas + 1 perak), Rafael (1 perak + 1 perunggu). Sedangkan Ikbal, Nanda, Rudi dan Feri, masing-masing meraih perunggu di kelasnya. Pada kategori Master A, sang pelatih, Sensei Oji berhasil meraih perak di kelas Newaza 62 Kg.
Pada event ini ada tiga kategori pertandingan. Rudi menjelaskan, dua di antaranya merupakan kategori yang juga dipertandingkan di PON XXI Sumut-Aceh mendatang. “Newaza dan Fighting System ini paling banyak diikuti atlet. Sebab, memang dua kategori ini yang sudah dipertandingkan pada eksibishi PON XX Papua, yang berikutnya akan dipertandingkan di PON XXI Sumut,” sebut pemegang sabuk biru Spider BJJ ini. (tjo)
Editor : Tedjo