Konikepri.id – Single event terbesar cabang olahraga jujitsu tingkat Asia Tenggara digelar di Bali. Ini merupakan kali pertamanya jujitsu menggelar event bertajuk Asian Regional Championship Southeast Asia. “Sangat membanggakan karena Indonesia dipercaya menjadi tuan rumah,” sebut Mahesa Arba, Head Local Organizer Jujitsu Asian Regional Championship 2024, pada wartawan, Selasa (2/7). Sebab event ini akan menjadi ajang gengsi atlet-atlet terbaik se-Asia Tenggara.
Turnamen ini disambut antusias oleh atlet jujitsu dari Indonesia, Vietnam, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura dan Kamboja. “Jumlah peserta melebihi target kita,” ujar Mahesa. Awalnya, panitia hanya menarget 300 atlet. Namun sampai batas akhir pendaftaran tercatat ada 414 peserta. “Sangat luar biasa antusiasnya,” kata Mahesa lagi.
Praktisi Jujitsu Dan VI ini mengatakan, ratusan atlet itu akan bertanding di berbagai kategori, di antaranya: jiujitsu/newaza, contact jujitsu, fighting system dan duo show. Dengan demikian, semua kategori akan dipertandingkan di event tersebut. “Sebagai sosialisasi resmi juga pada semua praktisi jujitsu dan masyarakat bahwa pada cabor jujitsu ini terdapat beragam aliran,” kata Mahesa. Semuanya itu bersatu di bawah federasi resmi. Untuk event di Bali ini berada di bawah pengawasan langsung Jujitsu Asian Union (JJAU), federasi resmi yang menaungi cabor jujitsu di tingkat Asia.
Sekilas Mahesa menjelaskan, kategori jiujitsu, yang sebelumnya dikenal dengan sebutan newaza, pada pertandingan ini atlet tidak dibolehkan menggunkan teknik pukulan dan tendangan. Atlet jiujitsu hanya boleh menggunakan teknik-teknik bantingan dan kuncian. Sedangkan pada kategori fighting system, atlet boleh memukul dan menendang dengan terkontrol yang dilanjutkan dengan bantingan dan kuncian. Ada juga kategori show system yang mempertandingkan gerak seni dan keindahan. Terbaru, cabor jujitsu juga mempertandingkan versi full contact atau contact jujitsu. Sekilas, laganya terihat seperti pertarungan MMA. Hanya saja tetap memakai gi dan pengamanan di bagian tulang kering dan kepala.
Dijadwalkan pertandingan digelar Sabtu-Minggu, 6-7 Juli di Liga Bali Arena, Denpasar. Pertandingan juga dimulai dari kelompok umur: U16, U18, U21 hingga dewasa. “Salah satu tujuannya juga sebagai upaya pembinaan prestasi sejak usia dini,” kata dia. Masing-masing negara mengirimkan atlet terbaiknya.
Sehari sebelumnya juga digelar seminar dan sertifikasi wasit juri jujitsu internasional. “Semoga semakin banyak wasit jujitsu Indonesia yang bersertifikasi internasional,” harap Mahesa. Seminar dan sertifikasi wasit jujitsu ini juga diikuti oleh wasit dari negara di Asia Tenggara.
Mahesa menjelaskan, event tingkat regional ini sengaja digeliatkan agar prestasi jujitsu di negara-negara Asia Tenggara makin diperhitungkan. Berikutnya event ini akan rutin digelar.
Sebagai tuan rumah, Mahesa berharap, agenda ini bisa menggeliatkan dunia pariwisata di Indonesia. “Kita pilih Bali, karena Bali menyatakan paling siap,” katanya. Selain itu, Bali juga sudah menjadi bagian dari wajah Indonesia. “Tidak hanya berkompetisi dan berprestasi di cabang olahraga jujitsu, tapi kita juga memberikan kontribusi nyata pada dunia pariwisata,” kata pendiri Indonesia Spider Jujitsu (ISJ) ini.
Terpisah, Tomi Riono, atlet Indonesia asal Batam, Kepulauan Riau, menyebut akan memberikan yang terbaik untuk Indonesia. “Saya tahu, atlet-atlet terbaik se-Asia Tenggara akan tampil di ajang ini. Hal ini semakin memotivasi saya untuk menyiapkan diri,” katanya. Tomi bertanding di kategori fighting System kelas 77 Kg Putra.(*/tjo)